SETELAH keruntuhan kekhalifahan terakhir Islam di Ottoman, fakta menunjukkan bahwa umat Islam menjadi “pembebek” peradaban Barat. Bahkan Kemal Attaturk sebagai Bapak Pendiri Turki mewajibkan seluruh warga negaranya mengikuti gaya hidup Barat. Baik dalam cara berpakaian, makanan, bahasa, pendidikan, dan gaya hidup. Hal ini juga menjalar ke seluruh negara bekas imperium terakhir yang berbentuk monarki tersebut.
Perpecahan di tubuh kekhalifahan telah menyebabkan wilayah kekuasan Islam di bawah Ottoman terbagi ke dalam lebih dari 50 negara baru. Hal itu sebenarnya sudah diprediksi oleh banyak tokoh Islam pada waktu itu. Termasuk sultan terakhir Turki Usmani, yaitu Sultan Abdul Hamid II. Ia melihat virus itu terus menjalar bahkan menyentuh ke dalam jantung kekhalifahan di Turki sekarang.
Pendeknya, kemunduran dialami Turki sejak menjadi sebuah negara sekuler sampai terjadinya krisis besar pada tahun 1997. Sebuah kemunduran yang luar biasa, bahkan negeri ini sempat dijuluki sebagai the sickman, karena ekonominya memburuk, korupsi di mana-mana, mata uang lira tak bernilai sama sekali jika dibandingkan dengan dolar dan euro.
Lalu kemudian Erdogan terpilih sebagai presiden. Persis saat krisis melanda negeri dua peradaban besar (Asia dan Eropa) ini. Ia coba untuk memperbaiki keadaan. Dimulai dengan memperbaiki fasilitas publik, memberantas korupsi, membangun kepemimpinan yang tidak hanya dengan slogan “merakyat”, tapi benar-benar prorakyat.
Di masa Erdogan, pendapatan per kapita masyarakat Turki pun naik lima kali lipat dari hanya 2.500 lira menjadi 10.500 per kapitanya.
Selain perhatiannya untuk kebangkitan “umat” di dalam negeri, saya juga melihat bagaimana perhatiannya untuk kebangkitan umat secara global. Selama seminggu berada di Turki menghadiri Simposium Mahasiswa Internasional yang diprakarsai UDEF (organisasi kemanusian Turki untuk pendidikan internasional), saya menyaksikan langsung bagaimana hal itu berhasil diwujudkan Pemerintah Turki dengan slogan Hizmet-nya. Di mana pemerintah betul-betul hadir dalam setiap persoalan yang dihadapi oleh umat Islam di negerinya maupun di negara lain.
Saya melihat Pan Islamisme baru seakan sedang menjelma di Turki. Pan Islamisme (Persatuan Islam) adalah gerakan yang disuarakan Jamaluddin Al-Afghani pada pertengahan abad 19. Ide ini merupakan bentuk perlawanan terhadap penjajahan dan kesewenang-wenangan Barat. Diwakili oleh Inggris, Prancis, dan beberapa negara sekutunya, mereka melakukan invasi terhadap negara-negara miskin yang dikenal sebagai negara ketiga. Kebanyakan dari negara miskin ini mayoritas penduduknya justru umat Islam.
Jamaluddin waktu itu menyampaikan pencerahan kepada kaum muda terdidik yang menginginkan perubahan bagi negerinya. Hal itu telah membangkitkan kesadaran mereka akan pentingnya mencintai tanah air dan melakukan pembaruan dalam berbagai sistem kehidupan. Terutama pemuda yang lebih siap melawan imperialisme peradaban Barat.
Dengan semangat bahwa umat Islam itu bersaudara, kini perhatian Pemerintah Turki terhadap konflik Suriah dan sekitarnya pun cukup besar. Setidaknya penanganan pengungsi dilakukan dengan sangat baik, bahkan terbaik pada abad ini.
Sumber: Youtube
0 comments:
Post a Comment