Dirjen Ketenagalistrikan Kementerian ESDM Jarman mengatakan, pemerintah berencana untuk menyesuaikan tarif listrik dua golongan pelanggan rumah tangga. Untuk pelanggan berdaya 900 volt ampere (VA), subsidinya akan dipangkas.
Sedangkan pelanggan kecil berdaya 450 VA, subsidinya dikurangi. Kompensasinya, tarif listrik keduanya akan naik.
Rencana kenaikan itu menurut Jarman, akan dilakukan bertahap pada tahun depan. Alasan penghilangan dan pengurangan subsidi karena anggaran yang dikeluarkan sangat besar. "Kalau tarifnya naik, subsidi akan mengecil. Tapi dilakukan bertahap," ujarnya.
Program itu, bersamaan dengan rencana pemerintah untuk meluncurkan kartu khusus subsidi. Jadi, subsidi akan diberikan secara langsung dan dipusatkan dalam kartu tersebut. Selain listrik, yang akan diintegrasikan adalah pemberian subsidi elpiji 3 kg. Melalui tahapan itu, disebutnya pemerintah tidak serta merta mencabut subsidi.
Pemberian subsidi membuat tarif listrik 450 va dan 900 va jauh dari keekonomian yang saat ini mencapai Rp 1.524 per kWh. Untuk daya 450 VA misalnya, Rp 415 per kWh, dan golongan daya 900 VA dikenakan tarif Rp 605 per kWh.
"Untuk masyarakat yang benar-benar tidak mampu, bisa mendapatkan tarif khusus melalui kartu," tuturnya. Tahapan supaya mencapai tarif keekonomian, akan dilakukan penyesuaian setiap tiga bulan.
Seperti diketahui, saat ini PLN memberlakukan tarif adjustment yang ditentukan oleh tiga hal. Yakni inflasi, harga minyak, dan nilai tukar rupiah.
Dihubungi terpisah, Kepala Divisi Niaga PLN Benny Marbun tidak satu suara dengan Jarman. Dia menyebut kajian pencabutan dan pengurangan subsidi untuk dua golongan itu memang sudah dilakukan sejak dahulu. Tapi, tidak pernah direalisasikan dengan pertimbangan pelanggannya yang rakyat kecil.
"Situasi perekonomian dan beban ekonomi rakyat kecil lagi berat. Rasanya belum waktunya untuk bicara tarif listrik bagi 450 VA atau 900 VA," terangnya. Soal rencana Ditjen Ketenagalistrikan yang mulai menjalankan rencana itu pada tahun depan, Benny enggan menerka-nerka.
Saat ini, PLN masih fokus mencari jalan keluar agar daya beli masyarakat meningkat. Bagaimana pabrik tidak bangkrut dan mengurangi pembelian. Pihaknya juga melakukan efisiensi-efisiensi supaya subsidi tidak membengkak. "Bagaimana juga PLN membangun transmisi atau gardu induk tidak terkendala pembebasan lahan," jelasnya.
Ekonomi yang lesu membuat laba PLN menciut. Sampai Mei, perusahaan yang dipimpin Sofyan Basir itu baru mengantongi sekitar Rp 17 triliun. Kalau dihitung secara penjualan kWh, angka penjualan tersebut turun sekitar 2,5 persen. Pihaknya lantas fokus pada perbaikan penjualan semester II.
Deputy Manager Public Relation PLN Sampurno Marnoto menambahkan, pihaknya berupaya menjaga subsidi yang diberikan pemerintah tepat sasaran. Caranya, setiap pelanggan yang memasang baru atau penurunan untuk daya 450 VA dan 900 VA tidak bisa bebas.
"Baru dilayani kalau ada surat keterangan tidak mampu dari kepala desa atau lurah," jelasnya.
Sumber: JPPN
0 comments:
Post a Comment