Kemarau panjang yang melanda Provinsi Lampung berdampak terhadap kekeringan air di sejumlah wilayah.
Di Kota Tapis Berseri, krisis air terparah terjadi di Kampung Lurah Kadun, Kelurahan Way Gubak, Kecamatan Sukabumi.
Warga di dataran tinggi tersebut harus berhemat menggunakan air bersih sejak enam bulan terakhir, bahkan untuk mandi, cuci, kakus (MCK).
Saat ini, sejumlah warga Way Gubak harus naik turun bukit dan berjalan hingga ratusan meter demi mendapatkan air bersih.
Warga pun harus antre di pinggir sungai terdekat.
Sumirah, warga Way Gubak, mengakui warga setempat kini mengalami krisis air bersih.
Sumirah pun mengaku dirinya kini setiap hari berjalan kaki sepanjang 500 meter demi mendapatkan air bersih di sungai yang terdapat di belakang rumahnya.
"Sudah enam bulan kekeringan. Sekarang ini warga ambil air di sungai mulai pagi-pagi buta," ujarnya saat ditemui Tribun di lokasi pengambilan air bersih di sungai Way Gubak, Kamis (3/9) kemarin.
Sumirah mengatakan, biasanya ia bolak-balik mengambil air hingga empat kali setiap harinya. Air tersebut untuk kebutuhan masak dan MCK.
Sedangkan aktivitas mandi pagi dan sore hari, Sumirah mengaku kini dilakukan di sungai tersebut.
"Lumayanlah jauh, sekitar 500 meter dari rumah ke sungai. Cukup menguras keringat bawa air bersih sampai ke rumah," katanya. (*)
Di Kota Tapis Berseri, krisis air terparah terjadi di Kampung Lurah Kadun, Kelurahan Way Gubak, Kecamatan Sukabumi.
Warga di dataran tinggi tersebut harus berhemat menggunakan air bersih sejak enam bulan terakhir, bahkan untuk mandi, cuci, kakus (MCK).
Saat ini, sejumlah warga Way Gubak harus naik turun bukit dan berjalan hingga ratusan meter demi mendapatkan air bersih.
Warga pun harus antre di pinggir sungai terdekat.
Sumirah, warga Way Gubak, mengakui warga setempat kini mengalami krisis air bersih.
Sumirah pun mengaku dirinya kini setiap hari berjalan kaki sepanjang 500 meter demi mendapatkan air bersih di sungai yang terdapat di belakang rumahnya.
"Sudah enam bulan kekeringan. Sekarang ini warga ambil air di sungai mulai pagi-pagi buta," ujarnya saat ditemui Tribun di lokasi pengambilan air bersih di sungai Way Gubak, Kamis (3/9) kemarin.
Sumirah mengatakan, biasanya ia bolak-balik mengambil air hingga empat kali setiap harinya. Air tersebut untuk kebutuhan masak dan MCK.
Sedangkan aktivitas mandi pagi dan sore hari, Sumirah mengaku kini dilakukan di sungai tersebut.
"Lumayanlah jauh, sekitar 500 meter dari rumah ke sungai. Cukup menguras keringat bawa air bersih sampai ke rumah," katanya. (*)
0 comments:
Post a Comment