SEORANG dokter Mesir yang juga mantan penasihat Departemen Kesehatan dan Kependudukkan, Abdul Hamid Fauzi, mengirim surat kepada Raja Salman bin Abdul Aziz, meminta jasad korban tragedi Mina diotopsi oleh tim forensik sebelum dimakamkan.
Dilansir Cairoportal.com, Senin (28/9), dokter kelahiran Mesir yang saat ini menetap di Saudi itu mengungkapkan, setelah mengunjungi rumah-rumah sakit yang merawat korban tragedi Mina, dirinya yakin adanya tangan berdosa di balik musibah mengerikan ini yang meledakkan gas beracun di tengah lautan jemaah haji, sehingga mengakibatkan banyak korban tewas dan luka-luka.
Berikut teks surat dr. Abdul Hamid Fauzi kepada Raja Salman seperti dilansir:
“Dari warga Mesir kepada tuan Penjaga Dua Masjid Suci yang semoga dilindungi Allah”
Hari ini wahai tuanku, saya mendapatkan pengalaman tragis ketika mencari keponakanku yang hilang pasca insiden Mina yang mengerikan itu. Saya merasa tenang, setelah berkeliling mencari dari jam enam pagi hingga delapan malam, dan mendapatkan keponokanku dalam keadaan baik-baik saja, Alhamdulillah…
Namun, selama saya mencari keponakanku di seluruh rumah sakit di Mina, Arafah, Mekkah dan Jeddah dan bertanya seluruh lembaga medis tanpa terkecuali, termasuk Direktorat Kesehatan di Mekkah dan berdasarkan pengalamanku 30 tahun lebih di departemen kesehatan, saya menemukan dua catatan penting yang ingin saya sampaikan kepada Anda. Saya berpikir, satu dari dua catatan itu harus menjadi kebanggaan dan catatan lainnya harus menjadi masalah serius yang harus di perhatikan seluruh masyarakat.
Catatan Pertama:
Tingkat layanan di semua rumah sakit yang saya kunjungi, layak dibanggakan Kerajaan dan kita semua sebagai warga Arab. Yang saya maksud di sini bukan hanya bangunan dan peralatannya saja (ini sudah diketahui masyarakat luas), akan tetapi yang saya maksud di sini mengenai pelayanan para petugas. Anda berhasil wahai tuanku membangun warga Saudi yang paham dengan kondisi yang dialami negara mereka setelah bencana ini. Pelayanan mereka baik dan membantu dengan cinta dan kasih sayang. Saya mendapati sikap baik para petugas itu di lembaga-lembaga kesehatan, mulai dari Direktur Direktorat Urusan Kesehatan di Mekkah hingga penjaga keamanan di pintu rumah sakit. Bukan saya saja yang merasakan pelayanan itu karena saya berprofesi dokter. Akan tetapi, saya menyaksikan sikap itu diberlakukan kepada orang-orang yang seperti saya yang mencari sanak keluarga yang hilang. Saya ucapkan selamat dari hati terdalam atas kesuksesan Anda dalam hal ini.
Catatan Kedua:
Ini yang saya pikir sangat serius yang harus kita perhatikan, teliti dan selidiki, yaitu: “Saya melihat wahai tuanku, mayoritas korban selamat yang saya saksikan sendiri mengalami kondisi aneh: mulai dari amnesia, tidak ada sedikitpun goresan, memar atau luka di tubuh mereka. Ini terjadi bukan hanya pada satu atau dua korban, namun pada puluhan korban sehingga memaksa rumah sakit menulis nama pasien dengan nama (Majhul (tidak diketahui)) karena pasien tidak mampu mengingat namanya, nama negaranya atau di mana dia berada saat ini. Begitu juga, ada puluhan korban meninggal yang disimpan di lemari pendingin tidak ditemukan di tubuh mereka luka sedikitpun yang memungkinkan kita menilai penyebab kematian mereka. Sehingga, tim forensik harus turun tangan untuk menyelidiki penyebab kematian mereka. Saya berharap tim forensik segera turun tangan untuk menyelidiki keanehan ini dalam rangka menjaga nyawa umat Islam. Karena, insiden semacam ini dan hasilnya bertolak belakang dengan logika serta nalar, sehingga menegaskan kecurigaan seorang ahli.
Saya menduga dalam keanehan ini, adanya tangan berdosa yang meledakkan bom gas di tengah lautan jamaah haji yang berdesak-desakan sehingga mengakibatkan korban meninggal dan luka-luka. Tidak hanya saya yang curiga dengan insiden ini, dokter-dokter senior di rumah sakit-sakit juga sama.
Catatan Terakhir:
Yaitu pengakuan polos dari seorang petani perempuan Mesir dari kota Dimyath (kota Mesir yang terletak di muara Delta Nil) kepada ku setelah saya bertanya: Apa yang terjadi wahai bu haji, saat itu dia dalam keadaan setengah sadar, kemudian dia berkata, “Setelah kami melewati Muzdalidah, di belakang kami berjalan jamaah besar dari Afrika, orang-orang dari negara hitam. Tiba-tiba kami bertemu dengan jamaah yang disebut dari Iran. Mereka berhenti di hadapan kami, sampai-sampai saya berkata kasar kepada mereka. Mereka membuat hajiku sia-sia (karena aku berkata kasar -edt), semoga Allah mengampuniku dan mengampuni yang lain. Seketika itu saya melihat ke belakang, saya mendapati orang saling bertabrakan, saya pun pingsan kemudian saya sadar dan saya sudah berada di sini”.
Ini wahai tuanku kesaksian petani Mesir supaya menjadi perhatian khusus dari Anda jika kita cocokkan ini dengan foto yang menyebar mengenai kondisi korban meninggal dan jika kita memperhatikan kasus kehilangan kesadaran dan amnesia yang mereka alami. Tidak didapatkan dalam kamus medis wahai tuanku, berdesak-desakan dan keramaian mengakibatkan hilangnya ingatan secara keseluruhan.
Tuanku Penjaga Dua Masjid Suci, ini adalah jeritan warga Muslim Mesir, yang cinta agama dan negaranya. Semoga jeritan ini sampai kepada Anda, semoga Allah menjaga Anda, negara Anda, warga Arab dan kaum Muslimin.
Saudara Kalian
Abdul Hamid Fauzi Ibrahim Abu Sa’ad
Mantan Penasihan Departemen Kesehatan dan Kependudukan Mesir
Demikian sebagaimana teks surat yang dishare aktivis melalui halaman mereka di berbagai situs jejaring sosial, dari lisan dr. Abu Sa’ad. [Tony/Islampos]
Dilansir Cairoportal.com, Senin (28/9), dokter kelahiran Mesir yang saat ini menetap di Saudi itu mengungkapkan, setelah mengunjungi rumah-rumah sakit yang merawat korban tragedi Mina, dirinya yakin adanya tangan berdosa di balik musibah mengerikan ini yang meledakkan gas beracun di tengah lautan jemaah haji, sehingga mengakibatkan banyak korban tewas dan luka-luka.
Berikut teks surat dr. Abdul Hamid Fauzi kepada Raja Salman seperti dilansir:
“Dari warga Mesir kepada tuan Penjaga Dua Masjid Suci yang semoga dilindungi Allah”
Hari ini wahai tuanku, saya mendapatkan pengalaman tragis ketika mencari keponakanku yang hilang pasca insiden Mina yang mengerikan itu. Saya merasa tenang, setelah berkeliling mencari dari jam enam pagi hingga delapan malam, dan mendapatkan keponokanku dalam keadaan baik-baik saja, Alhamdulillah…
Namun, selama saya mencari keponakanku di seluruh rumah sakit di Mina, Arafah, Mekkah dan Jeddah dan bertanya seluruh lembaga medis tanpa terkecuali, termasuk Direktorat Kesehatan di Mekkah dan berdasarkan pengalamanku 30 tahun lebih di departemen kesehatan, saya menemukan dua catatan penting yang ingin saya sampaikan kepada Anda. Saya berpikir, satu dari dua catatan itu harus menjadi kebanggaan dan catatan lainnya harus menjadi masalah serius yang harus di perhatikan seluruh masyarakat.
Catatan Pertama:
Tingkat layanan di semua rumah sakit yang saya kunjungi, layak dibanggakan Kerajaan dan kita semua sebagai warga Arab. Yang saya maksud di sini bukan hanya bangunan dan peralatannya saja (ini sudah diketahui masyarakat luas), akan tetapi yang saya maksud di sini mengenai pelayanan para petugas. Anda berhasil wahai tuanku membangun warga Saudi yang paham dengan kondisi yang dialami negara mereka setelah bencana ini. Pelayanan mereka baik dan membantu dengan cinta dan kasih sayang. Saya mendapati sikap baik para petugas itu di lembaga-lembaga kesehatan, mulai dari Direktur Direktorat Urusan Kesehatan di Mekkah hingga penjaga keamanan di pintu rumah sakit. Bukan saya saja yang merasakan pelayanan itu karena saya berprofesi dokter. Akan tetapi, saya menyaksikan sikap itu diberlakukan kepada orang-orang yang seperti saya yang mencari sanak keluarga yang hilang. Saya ucapkan selamat dari hati terdalam atas kesuksesan Anda dalam hal ini.
Catatan Kedua:
Ini yang saya pikir sangat serius yang harus kita perhatikan, teliti dan selidiki, yaitu: “Saya melihat wahai tuanku, mayoritas korban selamat yang saya saksikan sendiri mengalami kondisi aneh: mulai dari amnesia, tidak ada sedikitpun goresan, memar atau luka di tubuh mereka. Ini terjadi bukan hanya pada satu atau dua korban, namun pada puluhan korban sehingga memaksa rumah sakit menulis nama pasien dengan nama (Majhul (tidak diketahui)) karena pasien tidak mampu mengingat namanya, nama negaranya atau di mana dia berada saat ini. Begitu juga, ada puluhan korban meninggal yang disimpan di lemari pendingin tidak ditemukan di tubuh mereka luka sedikitpun yang memungkinkan kita menilai penyebab kematian mereka. Sehingga, tim forensik harus turun tangan untuk menyelidiki penyebab kematian mereka. Saya berharap tim forensik segera turun tangan untuk menyelidiki keanehan ini dalam rangka menjaga nyawa umat Islam. Karena, insiden semacam ini dan hasilnya bertolak belakang dengan logika serta nalar, sehingga menegaskan kecurigaan seorang ahli.
Saya menduga dalam keanehan ini, adanya tangan berdosa yang meledakkan bom gas di tengah lautan jamaah haji yang berdesak-desakan sehingga mengakibatkan korban meninggal dan luka-luka. Tidak hanya saya yang curiga dengan insiden ini, dokter-dokter senior di rumah sakit-sakit juga sama.
Catatan Terakhir:
Yaitu pengakuan polos dari seorang petani perempuan Mesir dari kota Dimyath (kota Mesir yang terletak di muara Delta Nil) kepada ku setelah saya bertanya: Apa yang terjadi wahai bu haji, saat itu dia dalam keadaan setengah sadar, kemudian dia berkata, “Setelah kami melewati Muzdalidah, di belakang kami berjalan jamaah besar dari Afrika, orang-orang dari negara hitam. Tiba-tiba kami bertemu dengan jamaah yang disebut dari Iran. Mereka berhenti di hadapan kami, sampai-sampai saya berkata kasar kepada mereka. Mereka membuat hajiku sia-sia (karena aku berkata kasar -edt), semoga Allah mengampuniku dan mengampuni yang lain. Seketika itu saya melihat ke belakang, saya mendapati orang saling bertabrakan, saya pun pingsan kemudian saya sadar dan saya sudah berada di sini”.
Ini wahai tuanku kesaksian petani Mesir supaya menjadi perhatian khusus dari Anda jika kita cocokkan ini dengan foto yang menyebar mengenai kondisi korban meninggal dan jika kita memperhatikan kasus kehilangan kesadaran dan amnesia yang mereka alami. Tidak didapatkan dalam kamus medis wahai tuanku, berdesak-desakan dan keramaian mengakibatkan hilangnya ingatan secara keseluruhan.
Tuanku Penjaga Dua Masjid Suci, ini adalah jeritan warga Muslim Mesir, yang cinta agama dan negaranya. Semoga jeritan ini sampai kepada Anda, semoga Allah menjaga Anda, negara Anda, warga Arab dan kaum Muslimin.
Saudara Kalian
Abdul Hamid Fauzi Ibrahim Abu Sa’ad
Mantan Penasihan Departemen Kesehatan dan Kependudukan Mesir
Demikian sebagaimana teks surat yang dishare aktivis melalui halaman mereka di berbagai situs jejaring sosial, dari lisan dr. Abu Sa’ad. [Tony/Islampos]
0 comments:
Post a Comment