728x90 AdSpace

  • Latest News

    Saturday, August 29, 2015

    Pakar Tata Kota : Ahok Pembohong Bisa Gak Sih Berantas Korupsi?

    Marco
    Marco Kusumawijaya, seorang arsitek yang juga Direktur Pusat Studi Perkotaan Ruang Jakarta dan mantan Ketua Dewan Kesenian Jakarta, menyatakan jika Ahok suka bicara asbun. Menurut Marco seperti diungkapkan dalam berita tersebut, pernyataan Ahok yang menyebut hutan bakau di PIK dan Pluit rusak karena abrasi tidak benar. Karena, kerusakan hutan bakau justru disebabkan tindakan pengembang yang memadatkan tanah di area tersebut.

    Diungkapkan Marco, kawasan PIK dan Pluit dulunya merupakan lahan basah (wetland) yang terdiri atas hutan bakau dan rawa-rawa. Ia menyebut lahan basah ini memiliki banyak fungsi. “Wetland di pantai utara Jakarta berfungsi memurnikan air, menjaga keanekaragaman hayati, tempat hidup berbagai spesies, tempat menampung air dan menahan gelombang,” ujarnya.

    Dalam perkembangannya, tambahnya, hutan bakau dan rawa-rawa di pantai utara Jakarta sempat diubah menjadi hutan konversi. Hal itu dilakukan sebelum pengembang kemudian perlahan-lahan masuk dan mengubahnya menjadi permukiman. “Akhirnya sekarang sebagian besar menjadi permukiman. Fungsi pantai utara bagian barat sekarang tak lebih dari menampung segelintir kelas menengah atas dengan cara yang salah, yakni memboroskan tanah,” kata Marco.

    Sebelumnya, pada 22 Agustus, terkait penggusuran Kampung Pulo yang kata Ahok untuk mengatasi banjir, Marco mengirim keterangan tertulis yang dimuat sejumlah media. Marco menilai, penggusuran pemukiman warga Kampung Pulo sebagai bagian dari program normalisasi Sungai Ciliwung tak akan berpengaruh terhadap pengurangan banjir di Ibu Kota. Sebab, banjir yang rutin terjadi di Jakarta bukan disebabkan menyempitnya aliran sungai, tapi eksploitasi air tanah secara berlebihan yang menyebabkan penurunan tanah.

    Diungkapkan Marco, penurunan tanah di Jakarta sekarang ini rata-rata mencapai 3-15 centimeter per tahun. Bahkan, katanya lagi, di beberapa tempat sudah ada yang mencapai 15 centimeter. “Di sisi lain kenaikan muka air laut yang disebabkan climate change 6 milimeter per tahun. Inilah penyebab banjir yang utama di Jakarta,” ungkapnya.

    Bukan hanya menimbulkan banjir, lanjutnya, penurunan tanah juga berpotensi menimbulkan bahaya lain apabila terus terjadi pembiaran. “Apabila dibiarkan, penurunan tanah dapat menimbulkan bahaya berkelanjutan yang lebih besar, seperti mematahkan atau menyebabkan bocornya saluran serta pipa, dan menyebabkan instabilitas infrastruktur, seperti terowongan MRT, fondasi bangunan, jalan raya dan jalan layang,” tutur Marco.

    Ia pun berpandangan, hal paling utama yang harus dilakukan oleh Pemerintah Provinsi DKI Jakarta sekarang ini adalah mencegah terus terjadinya penurunan tanah. Caranya dengan mengendalikan eksploitasi air tanah. Tanpa berupaya menghentikan eksploitasi air tanah, kegiatan pengerukan dan normalisasi kali hanya akan menjadi proyek sia-sia tanpa manfaat. “Daripada sibuk membangun kanal yang megah dan menggusur warga di bantaran kali, lebih baik kembangkan sistem drainase untuk memasok air dengan volume dua kali lipat,” ujarnya.

    Ternyata, Ahok menanggapi pernyataan Marco itu, yang diinformasikan melalui situsmetrotvnews.com. Awalnya, ia mengeluh karena mendapat perlakuan standard ganda dalam berbagai tindakan yang ia lakukan di Jakarta. Menurut dia, pengamat hanya berani mengkritik dirinya, sementara selalu memuji mantan Gubernur Ali Sadikin dalam kasus yang kawasan utara Jakarta. “Makanya, kalau saya mau berdebat sama mereka, cape deh. Sekarang saya tanya, mereka pernah enggak kritik Ali Sadikin? Saya mau tanya mereka yang pintar-pintar ngomong itu, yang suka muji-muji Ali Sadikin bikin kota Jakarta jadi hebat. Siapa yang kasih Endang Widjaja mereklamasi tambak-tambak ikan di Jakarta Utara? Ali Sadikin tuh yang kasih,” ungkap Ahok, Rabu malam lalu (26/8).

    Soal pendapat Marco bahwa penyebab utama banjir di Jakarta adalah penurunan tanah, sehingga kegiatan pengerukan dan normalisasi kali, termasuk penggusuran, hanya akan menjadi proyek sia-sia tanpa manfaat kalau tidak berupaya menghentikan eksploitasi air tanah, Ahok pun mengatakan bahwa dirinya pernah bertemu Marco. Ketika itu, seperti diberitakan, Ahok meminta Marco memberikan masukan yang bersifat visual agar bisa dipertimbangkan dan implementatif. “Nah, si Marco pintar ngomong. Toh, saya masih punya video sama dia. Waktu dia datang ‘Kami ingin bantu. Awas jangan sampai terjadi kesalahan’. Gue kasih semua data. Sama dia. ‘Lu yang gambar kayak gimana, kasih kita deh.’ Enggak balik-balik, Bos. Makanya pengamat tuh pintar ngomong doang. Mana si Marco? Enggak sanggup,” kata Ahok.

    Tweet Marco
    Apa diungkapkan Ahok itu kemudian dibantah Marco lewat akun Twitter-nya pada Kamis malam ini (27/8), karena ada yang memberikan capture berita di metrotvnews.com itu lewat akun Twitter-nya. “Ini fitnah! Ahok tidak pernah ketemu saya tetang soal ini. Ngawur banget. Kalau yang dimaksud si Marco itu saya, maka tidak benar. Saya belum pernah ketemu Gubernur Basuki ttg #kampungpulo,” kata Marco seperti dikutip pribuminews.

    Lalu, ada lagi yang mengatakan seperti ini: “Menurut Pak Ahok, Anda pernah membahas masalah Jakarta secara umum dan Anda belum memberi solusi peta :).”

    Marco pun menanggapi pertanyaan itu dengan menulis seperti ini: “Hahaha.”

    Pemilik akun yang sama kemudian menulis lagi seperti ini: “Lho, dari tulisan ini enggak ada tetang Kampung Pulo deh, tentang implementasi. Nah, Anda enggak kasih solusi implementatif.”

    Marco pun menjawab: “Pakai gambar? Hahaha.”

    Marco kemudian juga menulis di lini masa akun Twitter-nya seperti ini: “Orang yang suka bohong bisa enggak sih memberantas korupsi?”(rd/ermus)

    • Visitor Comments
    • Facebook Comments

    0 comments:

    Post a Comment

    Item Reviewed: Pakar Tata Kota : Ahok Pembohong Bisa Gak Sih Berantas Korupsi? Rating: 5 Reviewed By: Apri
    Scroll to Top