Pada 14 Maret 2013, ketika Jokowi terpilih sebagai Gunernur DKI Jakarta, kolomnis Australia Greg Sheridan menulis di The Australia bahwa Jokowi bisa sangat baik menjadi Barack Obama Indonesia.
“Dia adalah sosok yang sangat langka. Seorang reformis, bersih, populer, warga sipil yang menjalankan pemerintahan secara efektif. Sekarang namanya bertengger dalam urutan terdepan, meskipun ia belum memutuskan apakah akan maju tahun depan (Pilpres),” tulis Sheridan.
Namun setelah Jokowi akhirnya terpilih sebagai Presiden RI, pada kolom terakhirnya di media yang sama, Greg Sheridan menyoroti kebijakan Jokowi yang tidak mampu mengatasi permasalahan Indonesia, dengan judul “Indonesia’s Jokowi presidency is becoming a desperate mess”.
Sheridan menyebutnya sebagai "the astonishingly rapid unravelling of the presidency of Joko Widodo". Di tangan Jokowi, rakyat kembali miskin akibat program dan kebijakan ekonominya yang merugikan.
Ia juga mengatakan, "Jokowi’s presidency is already a desperate mess. The Indonesian economy is stagnating. First-quarter growth was down at 4.7 per cent. Many international agencies are predicting total growth this year of well under 5 per cent. The economy often grew at 6 per cent under Jokowi’s predecessor, Susilo Bambang Yudhoyono, and before that at 8 per cent under Suharto."
(Presiden Jokowi ini sudah berantakan putus asa. Perekonomian Indonesia stagnan. Pertumbuhan kuartal pertama turun 4,7 persen. Banyak lembaga internasional memprediksi total pertumbuhan tahun ini di bawah 5 persen. Padahal Ekonomi Indonesia tumbuh 6 persen saat sebelum Jokowi, di era Susilo Bambang Yudhoyono, dan sebelum 8 persen di bawah Soeharto)
Pertanyaannya, dari mana datanya dulu sehingga ia bisa mengatakan Joko sebagai "sosok yang sangat langka. Seorang reformis, bersih, populer, warga sipil yang menjalankan pemerintahan secara efektif?" (Pur)
Sumber: Pribuminews
0 comments:
Post a Comment