Maymunah sampai meninggalkan sementara waktu mengajarnya di sebuah madrasah lantaran ingin total menjadi relawan.
Sore itu, Maymunah tengah dalam perjalanan pulang usai mengajar di sebuah madrasah. Tetapi, perjalanannya terhenti lantaran sebuah kabar. Pengungsi Rohingya yang menderita telah mendarat di Lhoksukon, Lhokseumawe, Nangroe Aceh Darussalam.
Maymunah bertindak cepat. Dia berbalik arah dan segera menuju tempat teman-temannya berkumpul. Tanpa banyak bicara, Maymunah langsung berbaur dengan para relawan lain membantu para pengungsi tersebut.
Belum genap sehari, gelombang kedua pengungsi tiba di Langsa, kota tinggalnya. Mendengar kabar itu, Maymunah bergerak cepat mengkoordinir para relawan untuk mendirikan posko bantuan di sana.
Tanpa banyak pertimbangan, mahasiswi tingkat akhir Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Zawiyah Cot Kuala Langsa itu memutuskan akan total bergerak sebagai relawan.
Setiap hari, Maymunah bekerja sebagai pengajar di samping aktivitasnya berkuliah. Pekerjaan itu dilakukannya untuk menghidupi diri.
Tetapi, untuk sementara waktu Maymunah merelakan aktivitas mengajar yang dijalaninya dihentikan. Dia ingin total membantu para pengungsi, tanpa harus disibukkan dengan urusan kuliah dan pekerjaan.
"Pihak sekolah awalnya melarang. Tapi, Insya Allah, setelah selesai mengurusi pengungsi Rohingya, saya bisa kembali lagi mengajar," ujar gadis yang biasa disapa May ini, dikutip Dream dari act.id, Kamis, 11 Juni 2015.
Selain turut membantu distribusi makanan, Maymunah tidak ragu untuk bermain-main dengan anak-anak pengungsi dan memeluk mereka. Tak hanya itu, dia pun rela bekerja dari pagi hingga malam selama satu minggu pertama bertugas.
Akibat dari penuhnya aktivitas itu, dia sempat jatuh sakit. Tetapi, dia malah merasa begitu sedih lantaran tidak bisa datang ke posko pengungsian.
"Rugi jika tak hadir sehari saja. Ndak tenang rasanya. Kepikiran mereka (pengungsi Rohingya) terus," terangnya.
Kini, kebersamaan Maymunah dengan para pengungsi Muslim Rohingya semakin erat. Kendala perbedaan bahasa sedikit demi sedikit mulai teratasi.
Maymunah mengatakan awalnya para pengungsi Rohingya bersikap malu-malu. "Tapi, sekarang sudah mulai biasa. Bahkan sedikit-sedikit sudah bisa berbahasa Indonesia seperti 'boleh minta minum', 'sudah makan'," jelas Maymunah. (merdeka)
0 comments:
Post a Comment