Partai Demokrat (PD) mengkritik Presiden Joko Widodo (Jokowi) memamerkan ketidaktahuannya tentang sejarah dan fungsi sebagai Panglima tertinggi TNI terkait aksinya menerima tamu di Istana Merdeka.
Juru Bicara (Jubir) PD, Rachlan Nashidiq, menjelaskan Presiden adalah entitas sipil. Itu sebabnya setiap anggota militer yang mau berpolitik atau ingin menjadi Presiden harus melepaskan keanggotaannya dari militer.
Menurut dia, Presiden sebagai panglima tertinggi angkatan bersenjata justru harus berbaju sipil, sebagai simbol paling tegas dari civil supremacy dalam demokrasi.
"Di Indonesia, katanya, imperatif demokrasi itu diwujudkan dengan darah, airmata, bahkan nyawa rakyat, termasuk mahasiswa dan buruh. Itu sebabnya, saat Presiden Jokowi berbaju militer di istana dan menerima tamu, bukan cuma menggelikan.
Dia secara memalukan memamerkan keterbatasan pengetahuannya. Dan lebih buruk, menunjukkan betapa rendahnya penghargaan Presiden pada sejarah perjuangan demokrasi kita," papar Rachlan di Jakarta, Rabu (17/6).
Menurut Rachlan, sepanjang sejarah RI, agaknya baru kali ini ada Presiden memakai seragam militer ketika menjalankan tugas sehari-harinya di istana. "Padahal Presiden yang berlatar belakang militer saja tidak pernah," tandas dia.
Sebelumnya, Presiden Jokowi menerima Ketua Umum PP Muhammadiyah, Din Syamsuddin di kantor presiden. Namun, Presiden Jokowi mengenakan baju militer, lengkap dengan baret hijau. Aksi Jokowi itu menjadi buah bibir di media sosial dan tidak sedikit yang mencibir.
Rimanews
0 comments:
Post a Comment