Cina akan tetap menerapkan aturan keras untuk mengatasi kelompok militan di Xinjiang, wilayah paling barat, demikian disampaikan Yu Zhengsheng, pejabat senior Cina saat berkunjung ke daerah etnis Uighur yang memeluk Islam.
Pemerintah Cina menegaskan bahwa mereka sedang menghadapi ancaman serius dari kelompok militan Islam dan separatis di propinsi Xinjiang yang kaya sumber energi dan berada di perbatasan dengan kawasan Asia tengah.
Sudah ratusan korban tewas akibat konflik yang terjadi di daerah tersebut dalam beberapa tahun terakhir. Namun kelompok hak asasi manusia dan mereka yang berada di pengasingan mengatakan bahwa Cina tidak pernah bisa menunjukkan bukti nyata mengenai keberadaan kelompok militan yang mereka tuduh melawan pemerintah.
Sebagian besar kekerasan dan konflik yang terjadi justru berawal dari rasa frustrasi akibat kontrol ketat pemerinta terhadapi budaya dan agama warga Uighur yang tinggal di Xinjiang.
Yu Zhengsheng, pejabat paling senior keempat di Partai Komunis Tiongkok yang berkunjung ke kota tua Jalur Sutra di Kasghar, di selatan Xinjiang, mengatakan bahwa stabilitas dalam jangka panjang harus menjadi prioritas utama daerah tersebut.
"Dari awal sampai akhir pertahankan aturan ketat untuk menjaga kehidupan masyarakat yang penuh damai," kata Yu yang mengurusi kelompok agama dan minoritas dilansir Reuters Ahad (27/9).
Dalam kunjungan tersebut, Yu juga menyempatkan diri berkunjung ke Masjid Id Kah, mesjid terbesar di Cina. Ketika kemudian berbicara kepada tentara, Yu menegaskan bahwa Xinjiang bagian selatan adalah medan pertempuran utama dalam perang menghadapi kelompok separatis.
Tahun lalu, tiga orang yang diduga kelompok militan Islam yang bersenjata pisau dan kampak, membunuh imam Masjid Juma Tayir yang dikenal sebagai tokoh pro pemerintah Uighur.
Yu juga bertemu dengan tokoh agama yang patriotis dan mengatakan bahwa mereka memainkan peran penting dalam mengadapi ekstrimis di Xinjiang selatan.
Melalui laman milik pemerintah, Yu di Masjid tersebut tampak tersenyum saat berbincang dengan warga Uighur. (ROL)
Pemerintah Cina menegaskan bahwa mereka sedang menghadapi ancaman serius dari kelompok militan Islam dan separatis di propinsi Xinjiang yang kaya sumber energi dan berada di perbatasan dengan kawasan Asia tengah.
Sudah ratusan korban tewas akibat konflik yang terjadi di daerah tersebut dalam beberapa tahun terakhir. Namun kelompok hak asasi manusia dan mereka yang berada di pengasingan mengatakan bahwa Cina tidak pernah bisa menunjukkan bukti nyata mengenai keberadaan kelompok militan yang mereka tuduh melawan pemerintah.
Sebagian besar kekerasan dan konflik yang terjadi justru berawal dari rasa frustrasi akibat kontrol ketat pemerinta terhadapi budaya dan agama warga Uighur yang tinggal di Xinjiang.
Yu Zhengsheng, pejabat paling senior keempat di Partai Komunis Tiongkok yang berkunjung ke kota tua Jalur Sutra di Kasghar, di selatan Xinjiang, mengatakan bahwa stabilitas dalam jangka panjang harus menjadi prioritas utama daerah tersebut.
"Dari awal sampai akhir pertahankan aturan ketat untuk menjaga kehidupan masyarakat yang penuh damai," kata Yu yang mengurusi kelompok agama dan minoritas dilansir Reuters Ahad (27/9).
Dalam kunjungan tersebut, Yu juga menyempatkan diri berkunjung ke Masjid Id Kah, mesjid terbesar di Cina. Ketika kemudian berbicara kepada tentara, Yu menegaskan bahwa Xinjiang bagian selatan adalah medan pertempuran utama dalam perang menghadapi kelompok separatis.
Tahun lalu, tiga orang yang diduga kelompok militan Islam yang bersenjata pisau dan kampak, membunuh imam Masjid Juma Tayir yang dikenal sebagai tokoh pro pemerintah Uighur.
Yu juga bertemu dengan tokoh agama yang patriotis dan mengatakan bahwa mereka memainkan peran penting dalam mengadapi ekstrimis di Xinjiang selatan.
Melalui laman milik pemerintah, Yu di Masjid tersebut tampak tersenyum saat berbincang dengan warga Uighur. (ROL)
0 comments:
Post a Comment