728x90 AdSpace

  • Latest News

    Tuesday, August 4, 2015

    Mengapa Bukan Jokowi yang Buka Muktamar Ke-47 Muhammadiyah

    Muktamar Muhammadiyah
    Presiden Joko Widodo tepuk tangan menyaksikan Ketua Umum Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah Prof Dr Din Syamsuddin dan Ketua Umum PP Aisyiyah Siti Noorjannah Djohantini MSi memukul bedug di panggung utama Lapangan Karebosi, Kota Makassar, Senin (3/8/2015) pagi.

    Presiden juga tidak menyampaikan sambutan di mimbar utama yang disiapkan panitia. Jokowi berdiri di depan tempat dudukntya, tanpa podium, menyampaikan sambutan.
    Mantan Ketua Umum PP Muhammadiyah Amien Rais tak tampak di Lapangan Karebosi hingga acara pembukaan berakhir.

    Padahal Amien sudah berada di Makassar sejak Minggu (2/8/2015) malam. Panitia tak mengetahui keberadaan mantan Ketua MPR RI itu saat pembukaan berlangsung.
    Bahkan adik kandung Amien, Dahlan Rais, pun tak tahu di mana kakaknya saat pembukaan berlangsung.

    Pemandu acara langsung mengundang Noorjannah ke panggung usai sambutan Prof Din.
    Turut diundang mendampingi Din, Ketua Pengurus Wilayah Muhammadiyah (PWM) Sulsel Dr KH Alwi Udding serta Ketua PWM Muhammadiyah dari Papua dan Kalimantan untuk mendampingi Din membuka Muktamar Ke-47 Muhammadiyah dan Muktamar Satu Abad Aisyiyah.

    “Dengan mengajak seluruh peserta Muktamar Muhammadiyah dan Aisyiyah, dengan memohon rahmat, taufiq, hidayah, dan ridha Allah Subhanahu Wata’ala… Dengan ini kami mengajak hadirin-hadirat semua untuk membuka muktamar ini dengan melafalkan basmalah, Bismillahirrahmanirrahim,” kata Din kemudian memukul bedug bersama Noorjannah, pukul 08.23 wita.

    Sebagian hadirin di panggung utama berdiri, Jokowi didampingi Ibu Negara, Iriana, tetap duduk bertepuk tangan. Pemukulan bedug diiringi pelepasan balon oleh panitia.
    Selanjutnya terdengar suara pemandu acara, "Mohon untuk Bapak Presiden dan Ibu Negara untuk duduk kembali bersama undangan, kita akan menyanyikan lagu Hymne Muhammadiyah Sang Surya."

    Menteri Agama Lukman Hakim Syaifuddin, Gubernur Sulsel Syahrul Yasin Limpo, Ketua MPR RI Zulkifli Hasan, Ketua DPD RI Irman Gusman, serta tokoh lainnya tetap berdiri saat lagu Hymen Muhammadiyah dikumandangkan belasan pelajar persyarikatan.

    “Kita memang undang Bapak Presiden untuk menyampaikan amanah, pidato iftitah, bukan untuk memukul bedug,” tegas Kiai Alwi.

    Menurutnya, sikap Muhammadiyah itu bukan berarti mengurangi penghormatan ke presiden. “Justeru itulah bentuk penghormatan kami ke Bapak Presiden dengan mengundang beliau untuk menyampaikan amanah. Makanya, amanah Bapak Presiden ditempatkan di bagian akhir, setelah sambutan Ketua PP Aisyiyah dan Ketua PP Muhammadiyah,” jelas Kiai Alwi.

    Pembukaan Muktamar ke-47 Muhammadiyah juga dihadiri Menteri Perindustrian dan Perdagangan Saleh Husin, Wali Kota Makassar Danny Pomanto beserta jajaran SKPD, mantan Ketua MPR RI Hidayat Nurwahid, serta anggota DPD RI asal Sulsel Abd Aziz 
    Qahhar Mudzakkar dan AM Iqbal Parewangi.

    Jokowi beranjak dari tempat duduk saat disilakan menyampaikan sambutan. Presiden mengajak Muhammadiyah agar ambil bagian dalam memperjuangkan kemerdekaan bangsa Palestina.

    "Bahwa sebagai negara yang memiliki penduduk Muslim terbesar di dunia, kita juga harus berani menyuarakan kemerdekaan negara Palestina dan mengambil posisi sebagai kekuatan moderat, toleran, dan konstruktif di antara bangsa-bangsa dan peradaban dunia lainnya demi terwujud tatanan global yang damai serta menjadi contoh membangun masyarakat yang rukun dan damai," jelas Jokowi.

    Tak hanya itu, Jokowi juga mengajak segenap kader Muhammadiyah untuk bersama-sama pemerintah memberantas korupsi dan narkoba.

    "Pemerintah mengajak organisasi Muhammadiyah untuk ikut serta mendukung dan bahu membahu dalam menghadapi segala tantangan tersebut guna mewujudkan tatanan hidup bersama yang berkeadilan dan berpihak kepada kaum-kaum yang lemah," kata Jokowi.
    Di akhir amanahnya, Jokowi mengajak warga Muhammadiyah untuk melihat kebhinekaan sebagai sesuatu yang harus dikelola dengan baik.

    Selain itu juga melanjutkan misi pencerahannya dalam menjawab segala tantangan jaman serta menjadikan dakwah Islam sebagai motor kemajuan ilmu pengetahuan namun berkarakter moderat, sejuk, teduh, dan penuh peradaban.

    Bahasa Bugis-Makassar

    Sebelum pukul bedug, Din sambutan. Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia (MUI) itu menyampaikan prolog sambutan dalam Bahasa Bugis dan Makassar.
    "Tomatoakku malebbi’ku maneng, urane makkunrai, agatu kareba? (Orangtuaku semua yang saya hormati, laki-laki dan perempuan, apa kabar?)" kata Din disambut tepuk tangan hadirin.

    Sambutan serupa juga saat Din Syamsuddin menutup kata sambutannya dengan kalimat berbahasa Bugis yang cukup panjang yang intinya menyampaikan terima kasihnya kepada semua unsur yang terlibat guna melancarkan jalannya muktamar khususnya kepada warga Makassar, Sulsel.

    Bukan hanya itu, guyon lain Din Syamsuddin yang sebentar lagi menjadi mantan ketua umum PP Muhammadiyah ini membuat kemeriahan pembukaan muktamar jadi teduh di tengah teriknya matahari pagi.

    "Selamat datang kepada para tamu undangan yang sempat hadir pada pembukaan muktamar ini termasuk kepada Menteri Agama. Tapi sayang, beliau datang tidak didampingi istri tercinta yang juga adalah anggota Aisyiyah," ujarnya menyindir Lukman Hakin Saifuddin, Menteri Agama.

    Pembukaan muktamar yang dibanjiri kurang lebih 300 ribu peserta dan penggembira yang datang dari penjuru nusantara ini kemudian ditutup pukul 09.55 wita.

    "Kita harus dengan penuh tenggang rasa. Muktamar Muhammadiyah dan Aisyiyah bisa menjadi Muktamar teladan bukan hanya bagi kita tapi semua organisasi di dunia," kata Din.
    Ia menyampaiakan maksud Muhammadiyah mengambil tema Dakwah Pencerahan Menuju Indonesia Berkemajuan untuk mengukuhkan pandangan Muhammadiyah membangun bangsa."Negara yang ikut didirikan ada juga orang Muhammadiyah, para pendiri Muhammadiyah ikut juga mendirikan TNI seperti Jenderal Soedirman dan Presiden Bung Karno," katanya.

    Ia mengungakapkan Negara Indonesia dibentuk atas kesepakatan bersama sehingga Muhammadiyah akan berdiri di barisan paling depan untuk membela.

    "Tapi jika pemerintah membuat peraturan yang tak berpihak kepada masyarakat maka tak akan segang kita akan berada di depan untuk mengkritik," katanya.

    Menurut Din, pemerintah adalah mitra strategis dan mitra sejati Muhammadiyah. Kemitraan 
    itu dijalin lewat gerakan dakwah pencerahan, pelayanan sosial, ekonomi, pemberdayaan masyarakat, dan lain sebagainya.

    “Inilah konstribusi Muhammadiyah kepada bangsa tercinta ini,” ujar Din di panggung utama.
    Ia menjelaskan, lembaganya secara konsisten menegakkan amar ma’ruf nahi mungkar. Olehnya, hubungan Muhammadiyah dengan pemerintah bersifat proporsional. Muhammadiyah akan berada di garda pemerintah, mendukung program-program yang pro rakyat.

    Namun, tegas Din yang berdiri dekat Jokowi dan jajarannya, jika ada program pemerintah yang tidak pro rakyat, “Muhammadiyah tidak akan segan-segan untuk menjadi kekuatan pengeritik.”

    “Itulah kekuatan Muhammadiyah,” lanjutnya, disambut pekikan takbir, tepuk tangan, dan sorakan apresiasi ribuan warga Muhammadiyah yang memadati Karebosi. (tribunnews)

    • Visitor Comments
    • Facebook Comments

    0 comments:

    Post a Comment

    Item Reviewed: Mengapa Bukan Jokowi yang Buka Muktamar Ke-47 Muhammadiyah Rating: 5 Reviewed By: Apri
    Scroll to Top