Australia Federal Police (AFP) menyebut dua pilot Indonesia diradikalisai oleh kelompok ISIS dan menjadi ancaman internasional. Pilot itu adalah Ridwan Agustin dan Tommy Abu Alfatih.
Salah satu di antaranya disebutkan telah berkunjung ke Australia, berdasarkan foto yang diposting di akun Facebook.
Yang kedua adalah mantan pilot AirAsia yang menikahi pramugari di perusahaan yang sama. Saat ini, pilot tersebut tinggal di Raqqa, basis terkuat ISIS.
Keduanya kerap memposting informasi yang mendukung ISIS di akun Facebook mereka.
Ridwan Agustin diklaim sebagai lulusan pilot AirAsia pada tahun 2010 dan pernah menerbangkan rute internasional termasuk Hong Kong dan Singapura.
Sebelum akunnya ditutup, ia memposting sejumlah foto dirinya dalam seragam pilot di depan pesawat AirAsia. Ia diduga membuat akun Facebook baru dengan nama berbeda dan berada di Raqqa, Suriah.
Ridwan menikah dnegan Diah Suci Wulandari yang juga bekerja di AirAsia.
Laporan AFP menulis, Ridwan mulai berinteraksi dengan pro ISIS. Ia juga berhubungan dengan Heri Kustyanto yang berperang untuk ISIS di Irak dan Suriah dan kerap memposting foto dengan senjata.
Sedangkan Tommy Abu Alfatih diyakini lulusan dari sebuah sekolah penerbangan di Indonesia pada tahun 1999 dan pernah menjadi pilot Angkatan Laut Indonesia sebelum bergabung dengan Premiair, sebuah perusahaan penerbangan swasta di Indonesia.
Ia resign dari perusahaan tersebut pada 1 Juni tahun ini. Tommy Abu Alfatih sebelumnya diketahui bernama Tomi Hendratno.
Laporan intelijen kepolisian federal Australia yang berjudul ‘Identification of Indonesian pilots with possible extremist persuasions’ didapatkan oleh majalah online Australia, The Intercept.
Laporan tertanggal 18 Maret 2015 itu juga didistribusikan kepada penegak hukum di Turki, Yordania, London dan Amerika Serikat serta Europol.
“Berdasarkan kajian konten dari dua akun ini, dua orang tersebut patut terpengaruh radikalisme, setidaknya secaara online dan mereka mungkin jadi ancaman keamanan,” kata penggalan laporan tersebut.
“Pilot, kru penerbangan dan yang terkait dengan akses keamanan penerbangan adalah ancaman nyata jika mereka teradikalisasi,” kata laporan tersebut mengutip Sidney Morning Herald.
Ketika dihubungi media lain, Fairfax Media, juru bicara AFP menolak berkomentar. “Kami tidak berkomentar soal laporan intelejen,” kata juru bicara tersebut.
“AFP tetap menjaga hubungan erat dengan mitra penegak hukum dalam negara maupun luar negeri, untuk memastikan keselamatan warga Australia, baik yang ada di dalam wilayah Australia maupun di luar negeri,” tegasnya
Sedangkan Air Asia mengatakan keduanya sudah tidak jadi pegawai dari AirAsia Indonesia. “Jadi kami tidak bisa mengomentari keduanya,” kata AirAsia pada The Intercept.@sita (lensaindonesia)
0 comments:
Post a Comment