BENAR katamu, Dok, 3 tahun silam tak ada pembantaian
Muslim Rohingya di Rakhine sana
Yang ada kabar burung memprovokasi kami di sini
Benar katamu, Dok, tahun ini semua keadaan baik-baik saja
Mereka yang memeluk Budha
Menerima terbuka saudara seimanmu tanpa curiga
Benar katamu, Dok, berkilo-kilo yang kausaksikan
Tak ada jasad bekas pembakaran
Atau ladang manusia pembantaian yang sempat tesiarkan
Yang ada senyap kerukunan dan tawa keterbukaan
Benar katamu, Dok, deretan perempuan dan anak dinista
Semua ini hanya propaganda media sampah di Indonesia
Semua baik-baik saja, tiada sengsara atau kisah lara
Jerit tangis sekadar bumbu penabuh prasangka
Sayangnya, kudengar suara-suara perih itu
Kutatap mata-mata dengan kelopak sekian purnama
menahan sembilu tanpa kepura-puraan
Bahasa kami tidak pernah berpaut,
tapi bahasa kalbu mudah tersebut
Ada ketakutan, ada kepedihan, ada derita yang menggunung
Semuanya hadir di tanah kita tanpa dongeng atau manipulasi berita
Sayangnya, suara-suara tanpa kumengerti bahasanya itu meradang
Dalam getir mencoba menggugah: Apakah dokter itu bisa berpikir?
Apakah dokter itu masih berhati selaku perempuan?
Saya terpukul kuat dalam jeratan ketulusan mereka
Yang berlari di lautan dalam lakon mencumcu nyawa
Tidak ada canda apalagi dagelan rekayasa media
Pembantaian di tanah tercinta bukanlah isapan jempol belaka
Kuteringat dokter itu anak buah si dokter pendukung rezim Suriah
Biasa menahbiskan diri selaku Sang Pembeda
Kala saudara seiman di sini mengutuki Assad dengan kebengisannya
Tuan Jose pongah bela diri meradang sebut ada tragedi kemanusiaan
Dan kini, kita di sini dengarkan tanpa ragu-ragu
Suara sama dari lembaga serupa
yang pernah berlirikan manja dengan penguasa brutal
Tanpa berdosa sebut Rohingya minus drama airmata
Yusuf Maulana
Kolumnis Islam POS
0 comments:
Post a Comment