Nenek 70 Tahun Sekarat Ditolak Sebuah Rumah Sakit

Rumah sakit, Ilustrasi

Keluarga Daeng Pati (70), warga Jl Kancil Kelurahan Mamajang Luar, Makassar, Minggu (24/5/2015) malam, panik. Daeng Pati tiba-tiba lemas setelah Salat Isya.

"Bu, panggil cepat adik, nenek pingsang," teriak cucu Daeng Pati, Imran. Dia lalu menelepon sejumlah kerabat mengabarkan kondisi neneknya.

Imran juga menelepon kerabat yang punya mobil, meminta segera ke Jl Kancil untuk mengangkut 

Daeng Pati ke rumah sakit.

Tiga puluh menit berselang, kerabat membawa mobil. "Cepak naikkan nenek. Kita harus cepat sampai ke rumah sakit, kita di Rumah Sakit (RS) Dadi saja supaya cepat bisa ditangani," kata Imran.

Daeng Pati diangkat ke mobil kemudian dibawa ke RS Dadi, Jl Lanto Daeng Pasewang, sejarak 800 meter dari rumahnya.

Mobil yang mengangkut Daeng Pati berhenti di depan ICU RS Dadi. Imran melompat dari mobil. Suster menyongsong Imran. Suster itu sejenak melongo ke mobil dan melihat Daeng Pati terbaring.

Kerabat lain sudah siap mengangkat Daeng Pati turun dari mobil. “Tidak bisa ditangani di sini, tidak ada kamar,” kata suster itu.

Imran berusaha meyakinkan suster dengan menceritakan kondisi neneknya. “Tolong suster, nenek kami sudah sekarat,” katanya.

Warga sekitar dan pembesuk pasien mendatangi mobil itu dan menyaksikan Imran melobi suster. “Tidak bisa, kamar penuh semua,” kata suster itu.

Sambil menggerutu, Imran naik ke mobil. “Kita ke Stella Maris saja,” katanya.

Daeng Pati dibawa ke Stellah Maris dan dirawat di ruang ICU.

"Nenek saya ditolak mentah-mentah dengan alasan tak punya kamar. Baru di mobil tapi kita sudah ditolak," ujar Imran, Senin (25/5) siang, kepada Tribun.

Imran pasrah. "Mau apa kita pale ini, kita hanya masyarakat biasa. Kita bukan keluarga pejabat kodong, semoga Allah yang membalas perbuatan mereka," kata Irman.

Dokter di Stella Maris juga sudah tidak bisa berbuat banyak."Nenak sekarat tak bisa ngapain-ngapain lagi di Ruang ICU Stella Maris, kata dokter mereka tak bisa berbuat apa-apa karena pembulu darahnya pecah di otak," jelas Imran.

Dihubungi via telepon, Kadis Kesehatan Sulsel, Dr dr Rahmat Latief, mengatakan untuk urusan RS Dadi Pemprov Sulsel tak masuk dalam bagian dinas kesehatan.

"Bukan saya itu, Pak Sekda atau Ibu Direktur kita tanya," kata Rahmat sembari menutup telepon.(cr1)